A. PENDAHULUAN
Jepang terdiri atas empat pulau besar
yaitu Hondo, Hokaido, Shikoku dan Kyusu beserta pulau kecil lainnya. Penduduk kepulauan
itu sepanjang arkeologi dan antropologi, erat berkaitan dengan suku tunggus dan
suku Korea berdasarkan pembuktian linguistic, sepanjang pembuktian etnografis
dan mithologis terpadu kedalam unsur belahan selatan Tiongkok beserta unsur
melayu dari asia tenggara dan unsur polinesia, pada masa sebelumnya unsur Ainu banyak
mendominasi.
Suatu suku dari pulau Kyusu yang terletak pada belahan selatan dan suku itu belakangan membentuk imperium menyeberang ke utara menuju lembah Yamato dipulau Honsyu, ia memperoleh kemenangan dalam persaingan kekuasaan dengan suku Izumo yang masih pertalian darah dengan suku Korea, sehingga membentuk imperium baru dan naik kaisar Jepang pertama pada tahun 660 SM yaitu kaisar Jimmi Tenno, untuk membuat iman secara resmi dalam waktu sekitar tiga abad itu menjadi sangat berakar dalam kehidupan nasional Jepang.
Pertumbuhan dan perkembagan agama serta
kebudayaan Jepang memperlihatkan kecenderungan yang asimilatif. Sejarah Jepang
memperlihatkan bahwa Jepang telah menerima berbagai macam pengaruh, baik
kultural maupun spiritual dari luar. Semua pengaruh itu tidak menghilangkan
tradisi asli, dengan pengaruh-pengaruh dari luar tersebut justru memperkaya
kehidupan spiritual bangsa Jepang. Antara tradisi-tradisi asli dengan
pengaruh-pengaruh dari luar senantiasa dipadukan menjadi suatu bentuk tradisi
baru yang jenisnya hampir sama. Dan dalam proses perpaduan itu yang terjadi
bukanlah pertentangan atau kekacauan nilai, melainkan suatu kelangsungan dan
kelanjutan. Dalam bidang spiritual, pertemuan antara tradisi asli Jepang dengan
pengaruh-pengaruh dari luar itu telah membawa kelahiran suatu agama baru yaitu
agama Shinto, agama asli Jepang.
Bahkan nama Shinto sendiri merupakan
bentuk akulturasi budaya antara Jepang dengan Tiongkok adalah perubahan nama
agama mereka yakni dari “Kami No Michi” yang artinya jalan dewa” kemudian
setelah terjadi benturan budaya antara Tiongkok dan Jepang berubah nama menjadi
agama Shinto yang artinya “jalan langit”
Agama Shinto yang berkembang di Jepang
Merupakan salah satu agama Yang mempunyai mitos bahwa bumi di Jepang merupakan
ciptaan dewata yang pertama, dan bahwa Jimmi Tenno (660 SM) adalah turunan
langsung dari Amiterasu Omi Kami yakni dewi matahari dalam perkawinannya dengan
Tsukiyomi yakni dewa bulan. .
Agama Shinto berkembang dan tumbuh di Jepang,
agama ini merupakan agama asli orang Jepang, mulai dari sejarahnya sampai sekarang,
terus bagaimanakah awal mula kemunculan,perkembangan agama ini, hal ini akan
kita bahas pada bab pembahasan.
B. PEMBAHASAN
1. Awal Mula Agama Shinto
Shintoisme (agama Shinto) pada mulanya
adalah merupakan perpaduan antara faham serba jiwa (animisme) dengan pemujaan
terhadap gejala-gejala alam. Shintoisme dipandang oleh bangsa Jepang sebagai
suatu agama tradisional warisan nenek moyang yang telah berabad-abad hidup di Jepang,
bahkan faham ini timbul dari mitos-mitos yang berhubungan dengan terjadinya
negara Jepang. Latar belakang historis timbulnya Shintoisme adalah sama-sama
dengan latar belakang historis tentang asal-usul timbulnya negara dan bangsa Jepang.
Karena yang menyebabkan timbulnya faham ini adalah budidaya manusia dalam
bentuk cerita-cerita pahlawan (mitologi) yang dilandasi kepercayaan animisme,
maka faham ini dapat digolongkan dalam klasifikasi agama alamiah.
Agama ini muncul pada zaman prasejarah,
dan siapa pembangunnya tidak dapat dikenal dengan pasti, Nama Shinto muncul
setelah masuknya agama Buddha ke Jepang yang dimaksudkan untuk menyebut
kepercayaan asli bangsa Jepang, penyebarannya adalah di Asia dan terbanyak di Jepang,
kira kira pada abad 6 M agama Budha masuk ke Jepang dari Tiongkok dengan
melalui Korea. Satu abad kemudian agama itu telah berkembangan dengan pesat
bahkan lama kelamaan agama itu dapat mendesak agama Shinto akan tetapi karena
agama Shinto mengajarkan penganutnya untuk memuja dan berbakti kepada raja maka
raja pun berusaha untuk melindunginya, sehingga apada tahun 1396 agama Shinto
ditetapkan sebagai agama negara yang pada saat itu agama Shinto mempunyai 10
sekte dan 21 juta pemeluknya. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa paham Shintoisme
merupakan ajaran yang mengandung politik religius bagi Jepang, sebab saat itu
taat kepada ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar dan berarti pula berbakti
kepada negara dan politik negara, kemudian agama Shinto bercampur dengan agama Budha
demikian pula dengan agama konghucu yang masuk ke Jepang langsung dari tanah
asalnya kira kira pada abad pertengahan ke-7.
Tentang pengaruh agama Buddha yang lain
nampak pada hal-hal seperti anggapan bahwa dewa-dewa Shintoisme merupakan
Awatara Buddha (penjelmaan dari Buddha dan Bodhisatwa), Dainichi Nyorai (cahaya
besar) merupakan figur yang disamakan dengan Waicana (salah satu dari dewa-dewa
penjuru angin dalam Budhisme Mahayana), hal ini berlangsung sampai abad ketujuh
belas Masehi.
Akhirnya ketiga agama itu bergandengan
bersama sampai sekarang, hal itu tidaklah aneh karena orang Jepang tidak
menolak kepercayaan apapun yang masuk negerinya, asalkan tidak menggangu
keselamatan negara, tujuan utama bagi pemeluk agama Shinto adalah kebahagiaan
dalam kehidupan dunia, mereka menganggap bahwa orang yang sudah mati dapat
membantu mereka dalam menjalankan hidup ini dari abad keabad kultus (kebaktian)
terhadap roh nenek moyang selalu berubah bentuknya tetapi sifat kultus yang
khas masih tetap sama. Orang Jepang tidak mengenal aliran-aliran yang datang
kemereka karena itu agama Budha dan lainnya yang datang di Jepang dapat
berkembang dengan baik kalau kita perhatikan mula mula agama Shinto itu memuja
dewa, kamudian memilih satu diantaranya yang terpenting yaitu “Amaterasu Omi Kami“
maka dapat dikatakan bahwa agama Shinto adalah politeisme yang monotheisme.
2. Perkembangan Agama Shinto
Sejarah Perkembangan agama Shinto di Jepang
dapat dibedakan menjadi beberapa tahap masa sebagai berikut :
a. Masa perkembangan dan pengaruh yang
mutlak sepenuhnya di Jepang yaitu dari tahun 660 SM sampai tahun 552 M dalam
masa 12 abad lamanya.
b. Masa agama Budha dan konghucu dan ajaran
Tao masuk ke Jepang yaitu tahun 552 M sampai tahun 800 M yang dalam masa dua
setengah abad itu agama Shinto memperolah saingan yang sangat berat, pada than
645 M kaisar Kotoku merestui agama Budha dan mengenyampingkan Kami No Michi,
pada tahun 671 M sang kaisar membelakangi dunia dan mengenakan pakaian rahib.
c. Masa singkronisasi agama Shinto dengan
tiga ajaran lainnya yaitu dari tahun 800 M sampai 1700 M yang dalam sembilan
abad itu lahir Ryobu Shinto (Shinto paduan).
Kemunduran pengaruh agama Shinto pada
masa belakangan itu dapat disaksikan pada kenyataan bahwa upacara keagmaan yang
terpandang sangat amat penting dalam agama Shinto yaitu upacara Oho-Line (penabalan
mahkota) antara tahun 1465 M sampai tahun 1687 M, sudah dikesampingkan oleh
upacara keagamaan Budha.
3. Ajaran Agama Shinto
Shinto adalah kata majemuk dari “Shin”
dan “To”. Arti kata “Shin” adalah “roh” dan “To” adalah “jalan”. Jadi “Shinto”
mempunyai arti lafdziah “jalannya roh”, baik roh-roh orang yang telah meninggal
maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “To” berdekatan dengan kata “Tao” dalam Taoisme
yang berarti “jalannya Dewa” atau “jalannya bumi dan langit”. Sedang kata
“Shin” atau “Shen” identik dengan kata “Yin” dalam Taoisme yang berarti gelap,
basah, negatif dan sebagainya, lawan dari kata “Yang”. Dengan melihat hubungan
nama “Shinto” ini, maka kemungkinan besar Shintoisme dipengaruhi faham
keagamaan dari Tiongkok. Sedangkan Shintoisme adalah faham yang berbau
keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa Jepang sampai sekarang. Shintoisme
merupakan filsafat religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek
moyang bangsa Jepang yang dijadikan pegangan hidup. Tidak hanya rakyat Jepang
yang harus menaati ajaran Shintoisme melainkan juga pemerintahnya juga harus
menjadi pewaris serta pelaksana agama dari ajaran ini.
Agama pribumi orang Jepang ini berdasar
kepercayaan bahwa keluarga raja adalah keturunana Dewi Matahari Amaterasu Omi Kami
kemudian diserap didalamnya banyak ajaran dan praktek keagmaan Budha, hakekat
ajaran Shinto adalah gagasan bahwa “Kami” maujud pada setiap saat dan dalam
segala hal, oleh karenanya memberikan perhatian setiap saat betapapun kecil dan
remehnya akan membuka kesadaran kearah kebenaran.
Dalam penjelasan lain juga di jelaskan
bahwa Shintoisme berasal dari Jepang dan berarti “jalan para dewa” nama ini di
tetapkan pada abad keenam untuk membedakan dari budhisme dan konfusianisme yang
saat itu merupakan agama-agama pendatang. Perkataan Shinto sendiri berasal dari
bahasa tionghoa “shen” yang artinya “roh” , Tao artinya jalannya dunia, bumi
dan langit, jadi Shinto berarti perjalanan roh yang baik.
Agama ini mengandung 2 unsur kepercayaan
yaitu :
a. Menyembah alam (Nature Worship)
b. Menyembah roh nenek moyang.
Menurut agama ini orang diwajibkan
menyembah pada roh yang mereka sebut “Kami” , Istilah “Kami” dalam agama Shinto
dapat diartikan dengan “di atas” atau “unggul”, sehingga apabila dimaksudkan
untuk menunjukkan suatu kekuatan spiritual, maka kata “Kami” dapat dialih
bahasakan (diartikan) dengan “Dewa” (Tuhan, God dan sebagainya). Jadi bagi
bangsa Jepang kata “Kami” tersebut berarti suatu objek pemujaan yang berbeda
pengertiannya dengan pengertian objek-objek pemujaan yang ada dalam agama lain.
Dewa-dewa dalam agama Shinto jumlahnya
tidak terbatas, bahkan senantiasa bertambah, hal ini diungkapkan dalam istilah
“Yao-Yarozuno Kami” yang berarti “Delapan Miliun Dewa”. Menurut agama Shinto
kepercayaan terhadap berbilangnya tersebut justru dianggap mempunyai pengertian
yang positif. Sebuah angka yang besar berarti menunjukkan bahwa para dewa itu
memiliki sifat yang agung, maha sempurna, maha suci dan maha murah. Oleh sebab
itu angka-angka seperti 8, 80, 180, 5, 100, 10, 50, 100, 500 dan seterusnya
dianggap sebagai angka-angka suci karena menunjukkan bahwa jumlah para dewa itu
tidak terbatas jumlahnya. Dan seperti halnya jumlah angka dengan bilangannya
yang besar maka bilangan itu juga menunjukkan sifat kebesaran dan keagungan “Kami”.
Pengikut-pengikut agama Shinto mempunyai
semboyan yang berbunyi “Kami Negara - No - Mishi” yang artinya : tetap mencari
jalan dewa.
Kepercayaan kepada “Kami” dari
benda-benda dan seseorang, keluarga, suku, raja-raja sampai kepada “Kami” alam
raya menimbulkan kepercayaan kepada dewa-dewa. Orang Jepang (Shinto) mengakui
adanya dewa bumi dan dewa langit (dewa surgawi) dan dewa yang tertinggi adalah
Dewi Matahari (Amaterasu Omi Kami) yang dikaitkan dengan pemberi kamakmuran dan
kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang pertanian.
Disamping mempercayai adanya dewa-dewa
yang memberi kesejahteraan hidup, mereka juga mempercayai adanya kekuatan gaib
yang mencelakakan, yakni hantu roh-roh jahat yang disebut dengan Aragami yang
berarti roh yang ganas dan jahat. Jadi dalam Shintoisme ada pengertian kekuatan
gaib yang dualistis yang satu sama lain saling berlawanan yakni “Kami versus
Aragami” (Dewi melawan roh jahat) sebagaimana kepercayaan dualisme dalam agama
Zarathustra
Dari kutipan di atas dapat dilihat
adanya tiga hal yang terdapat dalam konsepsi kedewaan agama Shinto, yaitu :
a. Dewa-dewa yang pada umumnya merupakan
personifikasi dari gejala-gejala alam itu dianggap dapat mendengar, melihat dan
sebagainya sehingga harus dipuja secara langsung.
b. Dewa-dewa tersebut dapat terjadi
(penjelmaan) dari roh manusia yang sudah meninggal.
c. Dewa-dewa tersebut dianggap mempunyai
spirit (Mitama) yang beremanasi dan berdiam di tempat-tempat suci di bumi dan
mempengaruhi kehidupan manusia. Kami terebut ada yang berasal dari orang yang telah
meninggal dunia tetapi ada juga yang berasal dari benda alam yang berasal dari
orang yang telah meninggal, misalnya:“Kami” dari para leluhur tiap tiap suku
(biasanya Kami ini dipunyai oleh anggota dari tiap-tiap suku tersebut).“Kami”
dari para pahlawan.“Kami” dari nenek moyang tiap keluarganya sendiri (biasanya
dianggap sebagai pelindung rumah tangga ).
Sedangkan Kami-Kami yang lain
yang berasal dari benda benda alam dan kekuatan alam misalnya :
1) “Kami” dari matahari,
2) “Kami” dari petir,
3) “Kami” dari bulan,
4) “Kami” kilat,
5) “Kami” sungai,
6) “Kami” gunung,
7) “Kami” pohon, dan sebagainya
Demikian pula jumlah dewa dewa yang
mereka hormati banyak sekali, kira kira lebih dari 800 dewa, yang terpenting
adalah Amaterasu Omi Kami (dewi matahari) yang merupakan pelindung dewa dan
juga pertanian.
4. Tempat Ibadah Agama Shinto
Kuil Shinto (jinja) adalah struktur
permanen dari kayu
yang dibangun untuk pemujaan berdasarkan
kepercayaan Shinto.
Tidak semua kuil Shinto adalah bangunan permanen, sejumlah kuil memiliki jadwal
pembangunan kembali. Bangunan di Ise Jingū misalnya,
dibangun kembali setiap 20 tahun.
Pada zaman kuno, walaupun tidak
didirikan bangunan, tempat-tempat pemujaan Shinto tetap disebut jinja (kuil
Shinto). Pada masa itu, kekuatan alam yang ditakuti seperti gunung (gunung berapi),
air terjun,
batu karang,
dan hutan
merupakan objek pemujaan. Kuil Shinto berbentuk bangunan seperti dikenal
sekarang, diperkirakan berasal dari bangunan pemujaan yang dibuat permanen
setelah didiami para Kami
yang pindah dari goshintai (objek
pemujaan). Kuil Shinto tidak memiliki aula untuk beribadat, dan bukan tempat
untuk mendengarkan ceramah atau menyebarluaskan agama. Pada zaman sekarang,
kuil Shinto dipakai untuk upacara pernikahan
tradisional Jepang.
Berdasarkan alasan pendirian bangunan, kuil Shinto dibagi menjadi
tiga jenis:
a. Bangunan kuil yang didirikan berdasarkan alasan
sejarah (seperti di tempat yang berkaitan dengan kelahiran sebuah klan, atau di
tempat yang berkaitan dengan tokoh yang disucikan, misalnya Tenmangū di Dazaifu).
b. Bangunan kuil yang didirikan di tempat yang telah
disucikan, dan bangunan kuil yang didirikan di tempat yang mudah dicapai orang.
Kuil Nikkō Futarasan
misalnya, berada di puncak gunung hingga perlu dibangun kuil cabang di lokasi
yang mudah didatangi.
c. Bangunan kuil dapat dibangun di mana saja, mulai dari
di tengah laut, di puncak gunung, hingga di atap gedung bertingkat atau di
dalam rumah.
Dalam bahasa Indonesia, jinja diterjemahkan sebagai kuil Shinto, sementara tera diterjemahkan sebagai kuil
Buddha.
Nama kuil umumnya diambil dari nama tempat yang
menjadi lokasi kuil, misalnya: Kuil Yasaka, Kuil Kasuga, dan Ise Jingū di Ise, Prefektur Mie.
Selain itu, penamaan kuil dapat diambil dari nama Kami (kuil Sumiyoshi, kuil Hachiman, Tenmangū), nama Ujigami (kuil Shitori),
sebutan untuk Kami (Heian Jingū, Kuil Yaegaki), nama yang
menunjukkan penggolongan kuil (Shōkonsha, Soreisha), atau jumlah
Kami yang dipuja (Kuil Rokusho, Kuil Yohashira).
Kedudukan kuil tercermin dari nama kuil yang
menyandang nama taisha (kuil agung) atau jingū (kuil kekaisaran).
5. Ritual Agama Shinto
Di dalam penyembahan terhadap Kami
biasnya di pimpin oleh pendeta-pendeta, para pendeta tersebut di rancang khusus
untuk memuja Kami tertentu dan mendapatkan bantuann dari Kami yang sedang di
puja dan pada saat memimpin upacara
mereka berpakaian khusus, dua kali sehari pendeta tersebut menyajikan sajian di
dalam kuil dengan membaca mantera mantera dan pujian-pujian.
Selain itu di dalam agama Shinto ada beberapa proses
ritual atau ibadah yang bertujuan untuk mensucikan diri mereka, Agama Shinto
sangat mementingkan ritual-ritual dan memberikan nilai sangat tinggi terhadap
ritual yang sangat mistis. Menurut agama Shinto watak manusia pada dasarnya
adalah baik dan bersih. Adapun jelek dan kotor adalah pertumbuhan kedua, dan
merupakan keadaan negatif yang harus dihilangkan melalui upacara pensucian
(Harae). Karena itu agama Shinto sering dikatakan sebagai agama yang dimulai
dengan dengan pensucian dan diakhiri dengan pensucian. Upacara pensucian
(Harae) senantiasa dilakukan mendahului pelaksanaan upacara-upacara yang lain
dalam agama Shinto.
Ritual-ritual yang dilakukan dalam agama Shinto
terutama adalah untuk memuja Dewi Matahari (Amaterasu Omi Kami) yang dikaitkan
dengan kemakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang pertanian
(beras), yang dilakukan rakyat Jepang pada Bulan Juli dan Agustus di atas
gunung Fujiyama.
Selain itu juga ada beberpa perayaan yang biasanya di
peringati oleh pemeluk agam Shinto dan perayaan itu diadakan untuk tujuan-tujuan
yang berkenaan dengan pusaka leluhur, pengudusan, pengusiran roh jahat atau
pertanian, puncak puncak perayaan diadakan pada tahun baru, saat menanam padi
pada musim semi dan pada saat panen pada musim gugur, musim semi dan musim
gugur adalah saat untuk menghormati leluhur dan mengunjungi makamnya, selama
perayaan Kami sering diarak melewati jalan-jalan dalam tempat pemujaan yang
bisa dibawa bawa untuk membuat setiap orang yakin bahwa Kami sedang mengunjungi
masyarakat untuk memberikan perlindungan.
Selain itu pada zaman purbakala dulu masyarakat Jepang
juga mengenal korban manusia bahkan sering terjadi tradisi bunuh diri secara
suka rela akan tetapi tradisi ini sekarang dilarang dan diganti dengan tanah
liat atau kayu.
Kuil Shinto di Jepang banyak sekali terhitung lebih
dari 200.000 buah kuil, bahkan ada juga yang menyebutkan terdapat lebih dari 80
juta Kami di Jepang dan para pendeta tersebut yang mengurusi kuil adalah turun
menurun.
6. Kitab Suci Agama Shinto
Dalam agama Shinto ada dua kitab suci
yang tertua, tetapi di susun sepuluh abad sepeninggal jimmi temmo (660 SM),
kaisar Jepang yang pertama. Dan dua buah lagi di susun pada masa yang lebih
belakangan, keempat empat kitab tiu adalah sebagi berikut :
a. Kojiki, yang bermakna : catatan
peristiwa purbakala. Disusun pada tahun 712 M, sesudah kekaisaran Jepang
berkedudukan di nara, yang ibukota nara itu di bangun pada tahun 710 M menuruti
model ibukota changan di Tiongkok.
b. Nihonji, yang bermakna : riwayat Jepang.
Di susun pada tahun 720 M oleh penulis yang sama degan di Bantu oelh seorang
pangeran di istana.
c. Yeghisiki yang bermakan : berbagai lembaga
pada masa yengi, kitab ini disusun pada abad kesepuluh M terdiri atas 50 bab.
Sepuluh bab yang pertama berisikan ulasan kisah kisah yang bersifat kultus,
disusuli dengan peristiwa selanjutnya sampai abad kesepuluh M, tetapi inti
isinya adalah 25 norito yakni do’a do’a pujaan yang sangat panjang pada
berbagai upacara keagamaan.
d. Manyosiu yang bermakan : himpunan
sepuluh ribu daun, berisikan bunga rampai, yang terdiri atas 4496 buah sajak,
disusun antara abad kelima dengan abad kedelapan M.
Kitab pertama itu menguraikan tentang
alam kayangan tempat kehidupan para dewa dan dewi sampai kepada Amaterasu Omi
Kami (dewi matahari) dan Tsukiyomi (dewa bulan) diangkat menguasai langit dan
puteranya Jimmi Tenno diangkat menguasai “tanah yang subur ” (Jepang) di bumi,
lalu di susuli silsilah keturunan Kaisar Jepang itu beserta riwayat hidup satu
persatunya selanjutnya upacara upacara keagamaan yang dilakukan dalam masa yang
panjang itu berkenaan dengan pemujaan terhadap kaisar beserta para dewa dan
dewi. Menurut cerita dari kitab kojiki dan nihongi, mula mula bumi dan langit
serta seisinya dijadikan oleh para dewa (Kami), dua diantara dewa dewa itu
turun dari langit akan menjadikan bumi Jepang, dua dewa tersebut adalah isanaga
no Kami (laki laki) dan Isonami No Kami (perempuan), dua dewa ini kemudian
menurunkan beberapa dewa termasuk uga dewa matahari ynag bernama amaterasu omi Kami.
Dewa langit ini kemudian mengirim
seorang dewa kebumi bernama: Ninigi No Mikoto yang kemudian bercucu: Jimmi
Tenno, raja Jepang yang pertama kali, itulah sebabnya maka nama resmi raja Jepang
adalah tenno yang artinya “raja langit” , Jimmi Tenno naik tahta kerjaan pada
tahun 660 SM, dan dia itulah yang menurunkan raja raja Jepang sampai sekarang
ini. Hal ini dikarenakan penganut agama Shinto pada umunya percaya bahwa Jimmi
Tenno adalah keturunan dewa surya, amaterasu omi Kami, maka para penganut agama
Shinto percaya dan patuh pada Jimmi Tenno, memuja alam dan roh, begitu pula
bendera kebangsaan Jepang berbentuk tanda matahari untuk menunjukan bahwa
negaranya tercipta dari matahari tempat kediaman Amaterasu Omi Kami (dewi
matahari).
Sekalian kitab suci itu berisikan kisah
kisah legendaris, nyanyian nyanyian kepahlawanan beserta sajak sajak tentang
asal usul kedewaan, asal usul kepulauan Jepang dan kerajaan Jepang. Ragam kisah
tentang hal hal yang berkaitan dengan kehidupan para dewa dan dewi dalam
kayangana dilangit, catatan pada masa masa terahir barulah didasarkan pada
kenyataan sejarah.
C. KESIMPULAN
Dari uraian-uraian yang sudah
dikemukakan diatas tampak bahwa agama rakyat merupakan sistem kepercayaan dan
peribadatan yang benar-benar hidup di kalangan rakyat Jepang dan merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka seperti yang terlihat dalam
kegiatan-kegiatan keluarga, rukun tetangga dan hari-hari libur nasional Jepang.
Dalam agama Shinto terdapat banayak
keprcayaan terhadap dewa-dewa ada banyak sekali dewa yang di percayai oleh
penganut agama Shinto namun yang paling popular adalah dewi matahari (Amaterasu
Omi Kami) yang menjadi dewanya para dewa dan juga dewa bulan, penganut Shinto
juga sangat patuh terhadap raja mereka yakni Tenno, hal ini dikarenakan mereka
percaya bahwa Tenno adalah keturunan dewa jadi wajib bagi mereka untuk patuh
pada tenno. Selain itu terdapat pula beberapa upacara yang diselengagarakan
oleh penganut agama Shinto, salah satunya adalah upacara pembersihan diri yakni
dengan memuja muja dewa matahari dan juga mengaraknya mengelilingi masyarakat
sebagai tanda bahwa Amaterasu Omi Kami telah datang dan memberikan perlindungan
pada mereka.
Kuil agama shinto disebut dengan Jinja,
yang mana dalam penyebutan nama disesuaikan dengan nama daerah masing-masing
ataupun nama dewa yang merea puja.
Beberapa kitab suci yang dipercaya oleh
penganut Shinto :
a. Kojiki, yang bermakna : catatan
peristiwa purbakala.
b. Nihonji, yang bermakna : riwayat Jepang.
c. Yeghisiki yang bermakan : berbagai
lembaga pada masa yengi
d. Manyosiu yang bermakan : himpunan
sepuluh ribu daun.
¬ hal yg tidak pernah terbayangkan kini menjadi kenyataan,dengan keluarga saya untuk AKY SANTORO kami ucapkan banyak terimah kasih karna berkat BANTUAN AKY SANTORO ALHAMDULILLAH keluarga kami bisa lepas dari segala HUTANG HUTANG. karna nomor togel yang di berikan KY SANTORO YAITU-4D. nya BENAR BENAR TERBUKTI TEMBUS 100% DAN SAYA MEMENANGKAN.125 juta.ALLHAMDULILLAH saya bisa menutupi semua tuhang hutang saya.dan MOTOR saya yg dulunya aku gadaikan,kini sudah di tebus kembali.dan kami juga sudah membuka usaha kecil kecilan,kami tidak menduga KY SANTORO TELAH MERUBAH NASIB KAMI DALAM SEKEJAP.dan hanya AKY SANTORO Lah DUKUN TOGEL YANG PALING BERSEJARAH DI KELUARGA KAMI.ini adalah benar benar kisah nyata dari saya.dan saya tidak malu menceritakannya.semua tentang kesusahan yg perna saya jalani.karna di situlah saya mulai berfikir bahwa mungkin masih banyak saudara kami yg membutuhkan bantuan seperti saya.yang ingin seperti saya silahkan hub AKY SANTORO DI NOMOR(_0823_1294_9955_).DI JAMIN 100% TEMBUS.JIKA ANDA PENUH KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN SILAHKAN ANDA BUKTIKAN SENDIRI.DAN SAYA SANGAT YAKIN BAHWA ANGKA GHOIB YANG DI BERIKAN KY SANTORO DAPAT MERUBAH NASIB ANDA SEPERTI SAYA.SEBELUMNYA SAYA MOHON MAAF KALAU ADA PERKATAAN SAYA YANG KURANG SOPAN.TOLONG DI MAAF KAN.TERIMAH KASIH.THANK'Z ROOMX ZHOBATH.!!!
ReplyDeleteAKHIR TAHUN PINJAMAN DI RATE SANGAT RENDAH.
ReplyDeleteHalo, aku Mrs. Sandra Ovia, pemberi pinjaman uang pribadi, yang Anda dalam utang? Anda membutuhkan dorongan keuangan? pinjaman untuk mendirikan sebuah bisnis baru, untuk bertemu dengan tagihan Anda, memperluas bisnis Anda di tahun ini dan juga untuk renovasi rumah Anda. Aku memberikan pinjaman untuk lokal, internasional dan juga perusahaan pada tingkat bunga yang sangat rendah dari 2%. Anda dapat menghubungi kami melalui Email: (sandraovialoanfirm@gmail.com)
Anda dipersilakan untuk perusahaan pinjaman kami dan kami akan memberikan yang terbaik dari layanan kami.