Monday, April 15, 2013

AGAMA SHINTO


A.  PENDAHULUAN
Jepang terdiri atas empat pulau besar yaitu Hondo, Hokaido, Shikoku dan Kyusu beserta pulau kecil lainnya. Penduduk kepulauan itu sepanjang arkeologi dan antropologi, erat berkaitan dengan suku tunggus dan suku Korea berdasarkan pembuktian linguistic, sepanjang pembuktian etnografis dan mithologis terpadu kedalam unsur belahan selatan Tiongkok beserta unsur melayu dari asia tenggara dan unsur polinesia, pada masa sebelumnya unsur Ainu banyak mendominasi.

Suatu suku dari pulau Kyusu yang terletak pada belahan selatan dan suku itu belakangan membentuk imperium menyeberang ke utara menuju lembah Yamato dipulau Honsyu, ia memperoleh kemenangan dalam persaingan kekuasaan dengan suku Izumo yang masih pertalian darah dengan suku Korea, sehingga membentuk imperium baru dan naik kaisar Jepang pertama pada tahun 660 SM yaitu kaisar Jimmi Tenno, untuk membuat iman secara resmi dalam waktu sekitar tiga abad itu menjadi sangat berakar dalam kehidupan nasional Jepang.
Pertumbuhan dan perkembagan agama serta kebudayaan Jepang memperlihatkan kecenderungan yang asimilatif. Sejarah Jepang memperlihatkan bahwa Jepang telah menerima berbagai macam pengaruh, baik kultural maupun spiritual dari luar. Semua pengaruh itu tidak menghilangkan tradisi asli, dengan pengaruh-pengaruh dari luar tersebut justru memperkaya kehidupan spiritual bangsa Jepang. Antara tradisi-tradisi asli dengan pengaruh-pengaruh dari luar senantiasa dipadukan menjadi suatu bentuk tradisi baru yang jenisnya hampir sama. Dan dalam proses perpaduan itu yang terjadi bukanlah pertentangan atau kekacauan nilai, melainkan suatu kelangsungan dan kelanjutan. Dalam bidang spiritual, pertemuan antara tradisi asli Jepang dengan pengaruh-pengaruh dari luar itu telah membawa kelahiran suatu agama baru yaitu agama Shinto, agama asli Jepang.
Bahkan nama Shinto sendiri merupakan bentuk akulturasi budaya antara Jepang dengan Tiongkok adalah perubahan nama agama mereka yakni dari “Kami No Michi” yang artinya jalan dewa” kemudian setelah terjadi benturan budaya antara Tiongkok dan Jepang berubah nama menjadi agama Shinto yang artinya “jalan langit”
Agama Shinto yang berkembang di Jepang Merupakan salah satu agama Yang mempunyai mitos bahwa bumi di Jepang merupakan ciptaan dewata yang pertama, dan bahwa Jimmi Tenno (660 SM) adalah turunan langsung dari Amiterasu Omi Kami yakni dewi matahari dalam perkawinannya dengan Tsukiyomi yakni dewa bulan. .
Agama Shinto berkembang dan tumbuh di Jepang, agama ini merupakan agama asli orang Jepang, mulai dari sejarahnya sampai sekarang, terus bagaimanakah awal mula kemunculan,perkembangan agama ini, hal ini akan kita bahas pada bab pembahasan.

B.  PEMBAHASAN
1.    Awal Mula Agama Shinto
Shintoisme (agama Shinto) pada mulanya adalah merupakan perpaduan antara faham serba jiwa (animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam. Shintoisme dipandang oleh bangsa Jepang sebagai suatu agama tradisional warisan nenek moyang yang telah berabad-abad hidup di Jepang, bahkan faham ini timbul dari mitos-mitos yang berhubungan dengan terjadinya negara Jepang. Latar belakang historis timbulnya Shintoisme adalah sama-sama dengan latar belakang historis tentang asal-usul timbulnya negara dan bangsa Jepang. Karena yang menyebabkan timbulnya faham ini adalah budidaya manusia dalam bentuk cerita-cerita pahlawan (mitologi) yang dilandasi kepercayaan animisme, maka faham ini dapat digolongkan dalam klasifikasi agama alamiah.
Agama ini muncul pada zaman prasejarah, dan siapa pembangunnya tidak dapat dikenal dengan pasti, Nama Shinto muncul setelah masuknya agama Buddha ke Jepang yang dimaksudkan untuk menyebut kepercayaan asli bangsa Jepang, penyebarannya adalah di Asia dan terbanyak di Jepang, kira kira pada abad 6 M agama Budha masuk ke Jepang dari Tiongkok dengan melalui Korea. Satu abad kemudian agama itu telah berkembangan dengan pesat bahkan lama kelamaan agama itu dapat mendesak agama Shinto akan tetapi karena agama Shinto mengajarkan penganutnya untuk memuja dan berbakti kepada raja maka raja pun berusaha untuk melindunginya, sehingga apada tahun 1396 agama Shinto ditetapkan sebagai agama negara yang pada saat itu agama Shinto mempunyai 10 sekte dan 21 juta pemeluknya. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa paham Shintoisme merupakan ajaran yang mengandung politik religius bagi Jepang, sebab saat itu taat kepada ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar dan berarti pula berbakti kepada negara dan politik negara, kemudian agama Shinto bercampur dengan agama Budha demikian pula dengan agama konghucu yang masuk ke Jepang langsung dari tanah asalnya kira kira pada abad pertengahan ke-7.
Tentang pengaruh agama Buddha yang lain nampak pada hal-hal seperti anggapan bahwa dewa-dewa Shintoisme merupakan Awatara Buddha (penjelmaan dari Buddha dan Bodhisatwa), Dainichi Nyorai (cahaya besar) merupakan figur yang disamakan dengan Waicana (salah satu dari dewa-dewa penjuru angin dalam Budhisme Mahayana), hal ini berlangsung sampai abad ketujuh belas Masehi.
Akhirnya ketiga agama itu bergandengan bersama sampai sekarang, hal itu tidaklah aneh karena orang Jepang tidak menolak kepercayaan apapun yang masuk negerinya, asalkan tidak menggangu keselamatan negara, tujuan utama bagi pemeluk agama Shinto adalah kebahagiaan dalam kehidupan dunia, mereka menganggap bahwa orang yang sudah mati dapat membantu mereka dalam menjalankan hidup ini dari abad keabad kultus (kebaktian) terhadap roh nenek moyang selalu berubah bentuknya tetapi sifat kultus yang khas masih tetap sama. Orang Jepang tidak mengenal aliran-aliran yang datang kemereka karena itu agama Budha dan lainnya yang datang di Jepang dapat berkembang dengan baik kalau kita perhatikan mula mula agama Shinto itu memuja dewa, kamudian memilih satu diantaranya yang terpenting yaitu “Amaterasu Omi Kami“ maka dapat dikatakan bahwa agama Shinto adalah politeisme yang monotheisme.

2.    Perkembangan Agama Shinto
Sejarah Perkembangan agama Shinto di Jepang dapat dibedakan menjadi beberapa tahap masa sebagai berikut :
a.    Masa perkembangan dan pengaruh yang mutlak sepenuhnya di Jepang yaitu dari tahun 660 SM sampai tahun 552 M dalam masa 12 abad lamanya.
b.    Masa agama Budha dan konghucu dan ajaran Tao masuk ke Jepang yaitu tahun 552 M sampai tahun 800 M yang dalam masa dua setengah abad itu agama Shinto memperolah saingan yang sangat berat, pada than 645 M kaisar Kotoku merestui agama Budha dan mengenyampingkan Kami No Michi, pada tahun 671 M sang kaisar membelakangi dunia dan mengenakan pakaian rahib.
c.    Masa singkronisasi agama Shinto dengan tiga ajaran lainnya yaitu dari tahun 800 M sampai 1700 M yang dalam sembilan abad itu lahir Ryobu Shinto (Shinto paduan).
Kemunduran pengaruh agama Shinto pada masa belakangan itu dapat disaksikan pada kenyataan bahwa upacara keagmaan yang terpandang sangat amat penting dalam agama Shinto yaitu upacara Oho-Line (penabalan mahkota) antara tahun 1465 M sampai tahun 1687 M, sudah dikesampingkan oleh upacara keagamaan Budha.

3.    Ajaran Agama Shinto
Shinto adalah kata majemuk dari “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin” adalah “roh” dan “To” adalah “jalan”. Jadi “Shinto” mempunyai arti lafdziah “jalannya roh”, baik roh-roh orang yang telah meninggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “To” berdekatan dengan kata “Tao” dalam Taoisme yang berarti “jalannya Dewa” atau “jalannya bumi dan langit”. Sedang kata “Shin” atau “Shen” identik dengan kata “Yin” dalam Taoisme yang berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya, lawan dari kata “Yang”. Dengan melihat hubungan nama “Shinto” ini, maka kemungkinan besar Shintoisme dipengaruhi faham keagamaan dari Tiongkok. Sedangkan Shintoisme adalah faham yang berbau keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa Jepang sampai sekarang. Shintoisme merupakan filsafat religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek moyang bangsa Jepang yang dijadikan pegangan hidup. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus menaati ajaran Shintoisme melainkan juga pemerintahnya juga harus menjadi pewaris serta pelaksana agama dari ajaran ini.
Agama pribumi orang Jepang ini berdasar kepercayaan bahwa keluarga raja adalah keturunana Dewi Matahari Amaterasu Omi Kami kemudian diserap didalamnya banyak ajaran dan praktek keagmaan Budha, hakekat ajaran Shinto adalah gagasan bahwa “Kami” maujud pada setiap saat dan dalam segala hal, oleh karenanya memberikan perhatian setiap saat betapapun kecil dan remehnya akan membuka kesadaran kearah kebenaran.
Dalam penjelasan lain juga di jelaskan bahwa Shintoisme berasal dari Jepang dan berarti “jalan para dewa” nama ini di tetapkan pada abad keenam untuk membedakan dari budhisme dan konfusianisme yang saat itu merupakan agama-agama pendatang. Perkataan Shinto sendiri berasal dari bahasa tionghoa “shen” yang artinya “roh” , Tao artinya jalannya dunia, bumi dan langit, jadi Shinto berarti perjalanan roh yang baik.
Agama ini mengandung 2 unsur kepercayaan yaitu :
a.    Menyembah alam (Nature Worship)
b.    Menyembah roh nenek moyang.
Menurut agama ini orang diwajibkan menyembah pada roh yang mereka sebut “Kami” , Istilah “Kami” dalam agama Shinto dapat diartikan dengan “di atas” atau “unggul”, sehingga apabila dimaksudkan untuk menunjukkan suatu kekuatan spiritual, maka kata “Kami” dapat dialih bahasakan (diartikan) dengan “Dewa” (Tuhan, God dan sebagainya). Jadi bagi bangsa Jepang kata “Kami” tersebut berarti suatu objek pemujaan yang berbeda pengertiannya dengan pengertian objek-objek pemujaan yang ada dalam agama lain.
Dewa-dewa dalam agama Shinto jumlahnya tidak terbatas, bahkan senantiasa bertambah, hal ini diungkapkan dalam istilah “Yao-Yarozuno Kami” yang berarti “Delapan Miliun Dewa”. Menurut agama Shinto kepercayaan terhadap berbilangnya tersebut justru dianggap mempunyai pengertian yang positif. Sebuah angka yang besar berarti menunjukkan bahwa para dewa itu memiliki sifat yang agung, maha sempurna, maha suci dan maha murah. Oleh sebab itu angka-angka seperti 8, 80, 180, 5, 100, 10, 50, 100, 500 dan seterusnya dianggap sebagai angka-angka suci karena menunjukkan bahwa jumlah para dewa itu tidak terbatas jumlahnya. Dan seperti halnya jumlah angka dengan bilangannya yang besar maka bilangan itu juga menunjukkan sifat kebesaran dan keagungan “Kami”.
Pengikut-pengikut agama Shinto mempunyai semboyan yang berbunyi “Kami Negara - No - Mishi” yang artinya : tetap mencari jalan dewa.
Kepercayaan kepada “Kami” dari benda-benda dan seseorang, keluarga, suku, raja-raja sampai kepada “Kami” alam raya menimbulkan kepercayaan kepada dewa-dewa. Orang Jepang (Shinto) mengakui adanya dewa bumi dan dewa langit (dewa surgawi) dan dewa yang tertinggi adalah Dewi Matahari (Amaterasu Omi Kami) yang dikaitkan dengan pemberi kamakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang pertanian.
Disamping mempercayai adanya dewa-dewa yang memberi kesejahteraan hidup, mereka juga mempercayai adanya kekuatan gaib yang mencelakakan, yakni hantu roh-roh jahat yang disebut dengan Aragami yang berarti roh yang ganas dan jahat. Jadi dalam Shintoisme ada pengertian kekuatan gaib yang dualistis yang satu sama lain saling berlawanan yakni “Kami versus Aragami” (Dewi melawan roh jahat) sebagaimana kepercayaan dualisme dalam agama Zarathustra
Dari kutipan di atas dapat dilihat adanya tiga hal yang terdapat dalam konsepsi kedewaan agama Shinto, yaitu :
a.    Dewa-dewa yang pada umumnya merupakan personifikasi dari gejala-gejala alam itu dianggap dapat mendengar, melihat dan sebagainya sehingga harus dipuja secara langsung.
b.    Dewa-dewa tersebut dapat terjadi (penjelmaan) dari roh manusia yang sudah meninggal.
c.    Dewa-dewa tersebut dianggap mempunyai spirit (Mitama) yang beremanasi dan berdiam di tempat-tempat suci di bumi dan mempengaruhi kehidupan manusia. Kami terebut ada yang berasal dari orang yang telah meninggal dunia tetapi ada juga yang berasal dari benda alam yang berasal dari orang yang telah meninggal, misalnya:“Kami” dari para leluhur tiap tiap suku (biasanya Kami ini dipunyai oleh anggota dari tiap-tiap suku tersebut).“Kami” dari para pahlawan.“Kami” dari nenek moyang tiap keluarganya sendiri (biasanya dianggap sebagai pelindung rumah tangga ).
Sedangkan Kami-Kami yang lain yang berasal dari benda benda alam dan kekuatan alam misalnya :
1)   “Kami” dari matahari,
2)   “Kami” dari petir,
3)   “Kami” dari bulan,
4)   “Kami” kilat,
5)   “Kami” sungai,
6)   “Kami” gunung,
7)   “Kami” pohon, dan sebagainya
Demikian pula jumlah dewa dewa yang mereka hormati banyak sekali, kira kira lebih dari 800 dewa, yang terpenting adalah Amaterasu Omi Kami (dewi matahari) yang merupakan pelindung dewa dan juga pertanian.

4.    Tempat Ibadah Agama Shinto
Kuil Shinto (jinja) adalah struktur permanen dari kayu yang dibangun untuk pemujaan berdasarkan kepercayaan Shinto. Tidak semua kuil Shinto adalah bangunan permanen, sejumlah kuil memiliki jadwal pembangunan kembali. Bangunan di Ise Jingū misalnya, dibangun kembali setiap 20 tahun.
Pada zaman kuno, walaupun tidak didirikan bangunan, tempat-tempat pemujaan Shinto tetap disebut jinja (kuil Shinto). Pada masa itu, kekuatan alam yang ditakuti seperti gunung (gunung berapi), air terjun, batu karang, dan hutan merupakan objek pemujaan. Kuil Shinto berbentuk bangunan seperti dikenal sekarang, diperkirakan berasal dari bangunan pemujaan yang dibuat permanen setelah didiami para Kami yang pindah dari goshintai (objek pemujaan). Kuil Shinto tidak memiliki aula untuk beribadat, dan bukan tempat untuk mendengarkan ceramah atau menyebarluaskan agama. Pada zaman sekarang, kuil Shinto dipakai untuk upacara pernikahan tradisional Jepang.
Berdasarkan alasan pendirian bangunan, kuil Shinto dibagi menjadi tiga jenis:
a.    Bangunan kuil yang didirikan berdasarkan alasan sejarah (seperti di tempat yang berkaitan dengan kelahiran sebuah klan, atau di tempat yang berkaitan dengan tokoh yang disucikan, misalnya Tenmangū di Dazaifu).
b.    Bangunan kuil yang didirikan di tempat yang telah disucikan, dan bangunan kuil yang didirikan di tempat yang mudah dicapai orang. Kuil Nikkō Futarasan misalnya, berada di puncak gunung hingga perlu dibangun kuil cabang di lokasi yang mudah didatangi.
c.    Bangunan kuil dapat dibangun di mana saja, mulai dari di tengah laut, di puncak gunung, hingga di atap gedung bertingkat atau di dalam rumah.
Dalam bahasa Indonesia, jinja diterjemahkan sebagai kuil Shinto,  sementara tera diterjemahkan sebagai kuil Buddha.
Nama kuil umumnya diambil dari nama tempat yang menjadi lokasi kuil, misalnya: Kuil Yasaka, Kuil Kasuga, dan Ise Jingū di Ise, Prefektur Mie. Selain itu, penamaan kuil dapat diambil dari nama Kami (kuil Sumiyoshi, kuil Hachiman, Tenmangū), nama Ujigami (kuil Shitori), sebutan untuk Kami (Heian Jingū, Kuil Yaegaki), nama yang menunjukkan penggolongan kuil (Shōkonsha, Soreisha), atau jumlah Kami yang dipuja (Kuil Rokusho, Kuil Yohashira).
Kedudukan kuil tercermin dari nama kuil yang menyandang nama taisha (kuil agung) atau jingū (kuil kekaisaran).
5.    Ritual Agama Shinto
Di dalam penyembahan terhadap Kami biasnya di pimpin oleh pendeta-pendeta, para pendeta tersebut di rancang khusus untuk memuja Kami tertentu dan mendapatkan bantuann dari Kami yang sedang di puja dan pada saat memimpin upacara mereka berpakaian khusus, dua kali sehari pendeta tersebut menyajikan sajian di dalam kuil dengan membaca mantera mantera dan pujian-pujian.
Selain itu di dalam agama Shinto ada beberapa proses ritual atau ibadah yang bertujuan untuk mensucikan diri mereka, Agama Shinto sangat mementingkan ritual-ritual dan memberikan nilai sangat tinggi terhadap ritual yang sangat mistis. Menurut agama Shinto watak manusia pada dasarnya adalah baik dan bersih. Adapun jelek dan kotor adalah pertumbuhan kedua, dan merupakan keadaan negatif yang harus dihilangkan melalui upacara pensucian (Harae). Karena itu agama Shinto sering dikatakan sebagai agama yang dimulai dengan dengan pensucian dan diakhiri dengan pensucian. Upacara pensucian (Harae) senantiasa dilakukan mendahului pelaksanaan upacara-upacara yang lain dalam agama Shinto.
Ritual-ritual yang dilakukan dalam agama Shinto terutama adalah untuk memuja Dewi Matahari (Amaterasu Omi Kami) yang dikaitkan dengan kemakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang pertanian (beras), yang dilakukan rakyat Jepang pada Bulan Juli dan Agustus di atas gunung Fujiyama.
Selain itu juga ada beberpa perayaan yang biasanya di peringati oleh pemeluk agam Shinto dan perayaan itu diadakan untuk tujuan-tujuan yang berkenaan dengan pusaka leluhur, pengudusan, pengusiran roh jahat atau pertanian, puncak puncak perayaan diadakan pada tahun baru, saat menanam padi pada musim semi dan pada saat panen pada musim gugur, musim semi dan musim gugur adalah saat untuk menghormati leluhur dan mengunjungi makamnya, selama perayaan Kami sering diarak melewati jalan-jalan dalam tempat pemujaan yang bisa dibawa bawa untuk membuat setiap orang yakin bahwa Kami sedang mengunjungi masyarakat untuk memberikan perlindungan.
Selain itu pada zaman purbakala dulu masyarakat Jepang juga mengenal korban manusia bahkan sering terjadi tradisi bunuh diri secara suka rela akan tetapi tradisi ini sekarang dilarang dan diganti dengan tanah liat atau kayu.
Kuil Shinto di Jepang banyak sekali terhitung lebih dari 200.000 buah kuil, bahkan ada juga yang menyebutkan terdapat lebih dari 80 juta Kami di Jepang dan para pendeta tersebut yang mengurusi kuil adalah turun menurun.

6.    Kitab Suci Agama Shinto
Dalam agama Shinto ada dua kitab suci yang tertua, tetapi di susun sepuluh abad sepeninggal jimmi temmo (660 SM), kaisar Jepang yang pertama. Dan dua buah lagi di susun pada masa yang lebih belakangan, keempat empat kitab tiu adalah sebagi berikut :
a.    Kojiki, yang bermakna : catatan peristiwa purbakala. Disusun pada tahun 712 M, sesudah kekaisaran Jepang berkedudukan di nara, yang ibukota nara itu di bangun pada tahun 710 M menuruti model ibukota changan di Tiongkok.
b.    Nihonji, yang bermakna : riwayat Jepang. Di susun pada tahun 720 M oleh penulis yang sama degan di Bantu oelh seorang pangeran di istana.
c.     Yeghisiki yang bermakan : berbagai lembaga pada masa yengi, kitab ini disusun pada abad kesepuluh M terdiri atas 50 bab. Sepuluh bab yang pertama berisikan ulasan kisah kisah yang bersifat kultus, disusuli dengan peristiwa selanjutnya sampai abad kesepuluh M, tetapi inti isinya adalah 25 norito yakni do’a do’a pujaan yang sangat panjang pada berbagai upacara keagamaan.
d.   Manyosiu yang bermakan : himpunan sepuluh ribu daun, berisikan bunga rampai, yang terdiri atas 4496 buah sajak, disusun antara abad kelima dengan abad kedelapan M.
Kitab pertama itu menguraikan tentang alam kayangan tempat kehidupan para dewa dan dewi sampai kepada Amaterasu Omi Kami (dewi matahari) dan Tsukiyomi (dewa bulan) diangkat menguasai langit dan puteranya Jimmi Tenno diangkat menguasai “tanah yang subur ” (Jepang) di bumi, lalu di susuli silsilah keturunan Kaisar Jepang itu beserta riwayat hidup satu persatunya selanjutnya upacara upacara keagamaan yang dilakukan dalam masa yang panjang itu berkenaan dengan pemujaan terhadap kaisar beserta para dewa dan dewi. Menurut cerita dari kitab kojiki dan nihongi, mula mula bumi dan langit serta seisinya dijadikan oleh para dewa (Kami), dua diantara dewa dewa itu turun dari langit akan menjadikan bumi Jepang, dua dewa tersebut adalah isanaga no Kami (laki laki) dan Isonami No Kami (perempuan), dua dewa ini kemudian menurunkan beberapa dewa termasuk uga dewa matahari ynag bernama amaterasu omi Kami.
Dewa langit ini kemudian mengirim seorang dewa kebumi bernama: Ninigi No Mikoto yang kemudian bercucu: Jimmi Tenno, raja Jepang yang pertama kali, itulah sebabnya maka nama resmi raja Jepang adalah tenno yang artinya “raja langit” , Jimmi Tenno naik tahta kerjaan pada tahun 660 SM, dan dia itulah yang menurunkan raja raja Jepang sampai sekarang ini. Hal ini dikarenakan penganut agama Shinto pada umunya percaya bahwa Jimmi Tenno adalah keturunan dewa surya, amaterasu omi Kami, maka para penganut agama Shinto percaya dan patuh pada Jimmi Tenno, memuja alam dan roh, begitu pula bendera kebangsaan Jepang berbentuk tanda matahari untuk menunjukan bahwa negaranya tercipta dari matahari tempat kediaman Amaterasu Omi Kami (dewi matahari).
Sekalian kitab suci itu berisikan kisah kisah legendaris, nyanyian nyanyian kepahlawanan beserta sajak sajak tentang asal usul kedewaan, asal usul kepulauan Jepang dan kerajaan Jepang. Ragam kisah tentang hal hal yang berkaitan dengan kehidupan para dewa dan dewi dalam kayangana dilangit, catatan pada masa masa terahir barulah didasarkan pada kenyataan sejarah.



C.  KESIMPULAN
Dari uraian-uraian yang sudah dikemukakan diatas tampak bahwa agama rakyat merupakan sistem kepercayaan dan peribadatan yang benar-benar hidup di kalangan rakyat Jepang dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka seperti yang terlihat dalam kegiatan-kegiatan keluarga, rukun tetangga dan hari-hari libur nasional Jepang.
Dalam agama Shinto terdapat banayak keprcayaan terhadap dewa-dewa ada banyak sekali dewa yang di percayai oleh penganut agama Shinto namun yang paling popular adalah dewi matahari (Amaterasu Omi Kami) yang menjadi dewanya para dewa dan juga dewa bulan, penganut Shinto juga sangat patuh terhadap raja mereka yakni Tenno, hal ini dikarenakan mereka percaya bahwa Tenno adalah keturunan dewa jadi wajib bagi mereka untuk patuh pada tenno. Selain itu terdapat pula beberapa upacara yang diselengagarakan oleh penganut agama Shinto, salah satunya adalah upacara pembersihan diri yakni dengan memuja muja dewa matahari dan juga mengaraknya mengelilingi masyarakat sebagai tanda bahwa Amaterasu Omi Kami telah datang dan memberikan perlindungan pada mereka.
Kuil agama shinto disebut dengan Jinja, yang mana dalam penyebutan nama disesuaikan dengan nama daerah masing-masing ataupun nama dewa yang merea puja.
Beberapa kitab suci yang dipercaya oleh penganut Shinto :
a.    Kojiki, yang bermakna : catatan peristiwa purbakala.
b.    Nihonji, yang bermakna : riwayat Jepang.
c.    Yeghisiki yang bermakan : berbagai lembaga pada masa yengi
d.   Manyosiu yang bermakan : himpunan sepuluh ribu daun.

2 comments:

  1. ¬ hal yg tidak pernah terbayangkan kini menjadi kenyataan,dengan keluarga saya untuk AKY SANTORO kami ucapkan banyak terimah kasih karna berkat BANTUAN AKY SANTORO ALHAMDULILLAH keluarga kami bisa lepas dari segala HUTANG HUTANG. karna nomor togel yang di berikan KY SANTORO YAITU-4D. nya BENAR BENAR TERBUKTI TEMBUS 100% DAN SAYA MEMENANGKAN.125 juta.ALLHAMDULILLAH saya bisa menutupi semua tuhang hutang saya.dan MOTOR saya yg dulunya aku gadaikan,kini sudah di tebus kembali.dan kami juga sudah membuka usaha kecil kecilan,kami tidak menduga KY SANTORO TELAH MERUBAH NASIB KAMI DALAM SEKEJAP.dan hanya AKY SANTORO Lah DUKUN TOGEL YANG PALING BERSEJARAH DI KELUARGA KAMI.ini adalah benar benar kisah nyata dari saya.dan saya tidak malu menceritakannya.semua tentang kesusahan yg perna saya jalani.karna di situlah saya mulai berfikir bahwa mungkin masih banyak saudara kami yg membutuhkan bantuan seperti saya.yang ingin seperti saya silahkan hub AKY SANTORO DI NOMOR(_0823_1294_9955_).DI JAMIN 100% TEMBUS.JIKA ANDA PENUH KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN SILAHKAN ANDA BUKTIKAN SENDIRI.DAN SAYA SANGAT YAKIN BAHWA ANGKA GHOIB YANG DI BERIKAN KY SANTORO DAPAT MERUBAH NASIB ANDA SEPERTI SAYA.SEBELUMNYA SAYA MOHON MAAF KALAU ADA PERKATAAN SAYA YANG KURANG SOPAN.TOLONG DI MAAF KAN.TERIMAH KASIH.THANK'Z ROOMX ZHOBATH.!!!

    ReplyDelete
  2. AKHIR TAHUN PINJAMAN DI RATE SANGAT RENDAH.
    Halo, aku Mrs. Sandra Ovia, pemberi pinjaman uang pribadi, yang Anda dalam utang? Anda membutuhkan dorongan keuangan? pinjaman untuk mendirikan sebuah bisnis baru, untuk bertemu dengan tagihan Anda, memperluas bisnis Anda di tahun ini dan juga untuk renovasi rumah Anda. Aku memberikan pinjaman untuk lokal, internasional dan juga perusahaan pada tingkat bunga yang sangat rendah dari 2%. Anda dapat menghubungi kami melalui Email: (sandraovialoanfirm@gmail.com)
    Anda dipersilakan untuk perusahaan pinjaman kami dan kami akan memberikan yang terbaik dari layanan kami.

    ReplyDelete